Secara umum, kisah yang menakjubkan
ini disebutkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam Al-Qur`an dalam
firman-Nya:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ
لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي
بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ
الْبَصِير
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil
Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. Al-Isra` : 1)
Juga dalam firman-Nya:
وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى. مَا ضَلَّ
صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى. وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ
يُوحَى. عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى. ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى. وَهُوَ بِالْأُفُقِ
الْأَعْلَى. ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى.
فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى. مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى.
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى. وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى. عِنْدَ
سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى. عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى. إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ
مَا يَغْشَى. مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى. لَقَدْ رَأَى مِنْ ءَايَاتِ
رَبِّهِ الْكُبْرَى
“Demi bintang ketika terbenam,
kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang
diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh
(Jibril) yang sangat kuat, Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu)
menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada
Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia
menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya
tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah)
hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu
dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian
tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. An-Najm : 1-18)
Adapun rincian dan urutan
kejadiannya banyak terdapat dalam hadits yang shahih dengan berbagai riwayat.
Syaikh Al Albani rahimahullah dalam kitab beliau yang berjudul Al
Isra` wal Mi’raj menyebutkan 16 shahabat yang meriwayatkan kisah ini.
Mereka adalah: Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Ibnu ‘Abbas,
Jabir, Abu Hurairah, Ubay bin Ka’ab, Buraidah ibnul Hushaib Al-Aslamy,
Hudzaifah ibnul Yaman, Syaddad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman bin Qurath, Ibnu
‘Umar, Ibnu Mas’ud, ‘Ali, dan ‘Umar radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Di antara hadits shahih yang
menyebutkan kisah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
shahihnya , dari sahabat Anas bin Malik :Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Didatangkan kepadaku Buraaq –
yaitu yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil
dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya
langkahnya sejauh pandangannya). Maka sayapun menungganginya sampai tiba di
Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat
tunggangan para Nabi. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat
kemudian keluar . Kemudian datang kepadaku Jibril ‘alaihis salaam dengan
membawa bejana berisi khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih
bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata : “ Engkau telah memilih
(yang sesuai) fitrah”.
Kemudian Jibril naik bersamaku
ke langit (pertama) dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan
(kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang
bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia
menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya
bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril ‘alaihis salaam meminta
dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab: “Jibril”.
Dikatakan lagi:“Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad”
Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab:“Dia telah diutus”. Maka
dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi ‘Isa bin
Maryam dan Yahya bin Zakariya shallawatullahi ‘alaihimaa, Beliau berdua
menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku
ke langit ketiga dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan
(kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang
bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia
menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan
saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari
kebagusan(wajah). Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian
Jibril naik bersamaku ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan
pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”.
Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan:
“Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab: “Dia telah diutus”. Maka dibukakan
bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan Idris alaihis
salaam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang
artinya : “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (Maryam:57).
Kemudian Jibril naik bersamaku
ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan
(kepadanya):“Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang
bersamamu?” Dia menjawab:“Muhammad” Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?” Dia
menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan
saya bertemu dengan Harun ‘alaihis salaam. Beliau menyambutku dan
mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku
ke langit keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan
(kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab:“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang
bersamamu?” Dia menjawab: “Muhammad” Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?” Dia
menjawab:“Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya
bertemu dengan Musa. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit ketujuh dan Jibril meminta
dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?” Dia menjawab:
“Jibril”. Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad”
Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus”. Maka
dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Ibrahim.
Beliau sedang menyandarkan punggunya ke Baitul Ma’muur. Setiap hari masuk ke
Baitul Ma’muur tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi. Kemudian
Ibrahim pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha. Ternyata daun-daunnya seperti
telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar. Tatkala dia diliputi
oleh perintah Allah, diapun berubah sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk
Allah yang sanggup mengambarkan keindahannya
Lalu Allah mewahyukan kepadaku
apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam.
Kemudian saya turun menemui Musa ’alaihis salam. Lalu dia bertanya: “Apa
yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”. Saya menjawab: “50 shalat”. Dia
berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya
ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan
mencoba Bani Isra`il”. Beliau bersabda :“Maka sayapun kembali kepada Tuhanku
seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”. Maka dikurangi
dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata:“Allah
mengurangi untukku 5 shalat”. Dia berkata:“Sesungguhnya ummatmu tidak akan
mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”.
Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan Musa
‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman:“Wahai Muhammad,
sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam, setiap shalat (pahalanya) 10,
maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak
mengerjakannya, maka tidak ditulis (dosa baginya) sedikitpun. Jika dia
mengerjakannya, maka ditulis(baginya) satu kejelekan”. Kemudian saya turun
sampai saya bertemu dengan Musa’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini
kepadanya. Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”,
maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun
malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162)
Untuk lebih lengkapnya, silahkan
merujuk ke kitab Shahih Bukhari hadits nomor 2968 dan 3598 dan Shahih Muslim
nomor 162-168 dan juga kitab-kitab hadits lainnya yang menyebutkan kisah ini.
Terdapat pula tambahan riwayat tentang kisah ini yang tidak disebutkan dalam
hadits di atas.
source : Muslim.Or.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar