WELCOME TO MY BLOG

SELAMAT DATANG DAN SEMOGA MEMBERI MANFAAT

The Beautiful Sceneries

Jumat, 27 Februari 2015

HAKEKAT KEHIDUPAN DUNIA DAN PERHIASANNYA


Allah l berfirman:
“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)

Dunia disisi Allah tidak ada nilai sama sekali dan jika dinilai juga maka tidaklah bernilai kecuali senilai sehelai sayap nyamuk.
 Rasulullah Saw pun pernah bersabda: “Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi)


Dunia dan segala  isinya dibentangkan oleh Allah untuk seluruh makhlukNya baik, manusia maupun tanaman dan hewan mendapatkan kehidupannya di dunia ini. Karena memang dunia dan isinya untuk kelangsungan hidup makhlukNya. Allah juga tidak memilih-milih orang yang akan diberikan kenikmatan dan perhiasan dunia olehNya. Siapa yang mencari dan berusaha untuk mendapatkannya, maka orang tersebut akan mendapatkan sesuai dengan usahanya. sekalipun orang tersebut orang yang terbejat di muka bumi ini. 

Kehidupan dunia untuk orang baik dan juga untuk orang durhaka. Lihatlah! Fir'aun, Haman, dan Korun, adalah merupakan sederatan sosok yang durhaka kepada Allah, namun Allah berikan kepada mereka kehidupan dunia dan perhiasannya. Bahkan Iblis laknatullah juga Allah berikan kehidupan sampai kiamat nanti dengan niat busuk dan bejatnya dia menggunakan hadiah umur panjang ini untuk menggoda umat manusia agar jauh dai petunjuk Allah Azzawajalla. Sebaliknya, para rasul dan nabi juga Allah berikan kepada mereka kehidupan dan perhiasan dunia yang dengan kehidupan ini mereka gunakan untuk berbakti kepada Allah, menjadi hambanya yang bertaqwa.

Namun kehidupan dunia yang Allah berikan kepada orang yang beriman tentu sangat berbeda pemanfaatanya dari pada orang yang durhaka. Orang yang beriman menggunakan setiap detik kehidupannya untuk berubudiyah kepada  Allah dan untuk mencari sebanyak-banyaknya bekal taqwa yang akan dibawanya ketika dia sudah meninggal dunia sebagai amalan yang memasukkannya kedalam syurga atas izin dan rahmat Allah. Sedangkan orang durhaka mengunakannya untuk bermaksiat dan semakin durhaka kepada Allah sebagai balasan dan imbalan yang akan digantikan Allah dengan neraka yang sangat dasyat azab di dalamnya.

Allah menciptakan kehidupan dan kematian ini sebenarnya sebagai ujian siapa diatara manusia yang paling baik amalannya. hal ini Allah jelaskan dalam Surat Al.Mulk ayat 2. 
Allah berfirman ,
" Yang menjadikan mati dah hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia maha perkasa lagi Maha Pengampun."(Al-Mulk:2)

Allah juga berfirman bahwa siapa saja yang menghendaki dunia sementara dia bermaksiat atau mengabaikkan akhirat tetap Allah berikan dunia tersebut kepadanya tanpa dirugikan sedikitpun. Perhatikanlah, Allah berfirman,
 "Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan" (Hud:15)

Lihatlah! Allah berjanji siapapun yang menginginkan kehiduapan dunia dan perhiasannya Allah akan berikan tanpa merugi sedikitpun Namun Allah mengancam orang-orang yang hanya mencari dunia semata.
Allah berfirman
"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah diakhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang mereka kerjakan." (Hud:16)
Lalu pantaskah kita habiskan hidup ini untuk mencari dunia yang semu dan sementara  yang mana dunia dan perhiasannya adalah  hanya permaianan dan melalaikan dan tidak berharga sama sekali disisi Allah lalu kemudian kita mengabaikan kehidupan akhirat yang adalah tempat tinggal kita untuk hidup kekal selama-lamanya? Tentu jawabannya sangat tidak pantas sama sekali. Maka sebelum terlambat dan selagi hayat masih dikandung badan, sebelum sakaratul maut dihadapan mata, sebelum Allah tutup pintu tobat maka mari kita gunakan kesempatan hidup ini untuk mencari bekal taqwa sebanyak-banyak nya. Sehingga nanti kita tidak menyesal ketika berada di akhirat yang mana penyesalan itu tidak berguna lagi sama sekali.

Allah berfirman:
 "Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dan mengatakan;"Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal soleh) untuk hidup ku ini".(Al-Fajr:23-24)

Lalu di ayat 25 Allah tegaskan bahwa siksaanya tidak sebanding dengan siksaan siapapun. Allah berfirman' " Maka pada hari itu tiada seorangpun yang menyiksa seperti siksaNya." (Al Fajr:25)

Jumat, 20 Februari 2015

PEMAHAMAN SYIAH

               Banyak memang aliran yang mengatas namakan Islam. Sebahagian aliran tersebut masih berada dalam Islam dan sebahagiannya sudah melenceng jauh dari pemahaman Islam yang sebenarnya. Sebut saja Syiah. Syiah dalam berbagai sumber buku rujukan dari ulama syiah sendiri menyampaikan pemahaman yang aneh dan jauh dari yang disepakati oleh para Ulama ahlusunnah waljamaah, mulai dari zaman sahabat dan sampai saat ini. Misalnya paham mereka tentang Al-Quran adalah  Al-Quran yang ada dipegang oleh ahlussunah waljamaah d idunia ini sudah tidak asli lagi, sudah diubah, ada yang dihilangkan dan ada yang dibuang, dan yang aslinya akan dibawa oleh Imam mahdi nantinya ketika turun di akhir zaman. Lalu pertanyaannya jika demikian berarti betentangan dengan Firman Allah Azawajalla yang mengatakan dengan tegas bahwa Allah akan menjaga keaslian Al-Quran ini sampai hari kiamat. Jawabannya jelas bertentangan. Kemudian kalau tidak ada yang asli saat ini sama artinya semua amal yang kita lakukan semu dan tidak berpegang pada referensi yang kuat. Nauzubillahiminzalik.
          Lalu, kalau sudang begini apakah syiah masih termasuk dalam Islam atau sudah menjadi agama baru? Lihat! Syiah juga mengatakan Aisyah radiallahuanha, ibunya kaum muslimin, istri nabi Muhammad Salallahualaihiwassallam adalah kafir, lalu pertanyaannya pantaskah rasulullah Muhammad Salallahualaihiwassallam menikahi orang kafir dan hidup dengannya, lalu memujinya mengatakannya penghuni syurga. Kalau begitu nabi Muhammad Salallahualaihiwassallam berbohong??? Atau siapakah yang pembohong itu sebenarnya.
        Kemudian syiah juga mengatakan Abu bakar Assiddiq radiallahuanhu dan Umar bin Kahattab radiallahuanhu serta Usman bin Affan radiallahuanhu kafir bahkan sebahagian besar sahabat radiallahuanhum ajmain dikafirkannya. lalu mau dikemanakan hadits-hadits nabi yang menjelaskan keutamaan mereka dan jaminan syurga untuk mereka dan nabi pun mengancam orang-orang yang membenci semua sahabatnya. dan nabi Muhammad Salallahualaihiwassallam juga mengatakan kurun yang terbaik adalah pada zamannya, setelah itu tabiin dan tabii' tabiin.  dan Pantaskah nabi menyuruh Abu Bakar Siddiq mengimamai jemaah ketika beliau sakit?? jika Abu Bakar Siddiq radiallahuanhu kafir. dan kalau begitu nabi Muhammad Salallahualaihiwassallam juga berteman dengan orang-rang kafir, lalu siapa lagi yang tersisa yang difirmankan Allah dalam Alqur'an surat Albayinnan ayat terakhir, ayat 8: "rodiallaahu'anhum warodu'an"(Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada-Nya). tidak lain dan tidak bukan sahabat rasulullah dari kaum muhajirin dan ashor.
          Perhatikan! mereka juga menagatakan Ali bin Abi Tahlib radiallahuanhu adalah sama dengan tuhan, maka ketika baginda Ali radiallahuanhu mengetahui hal ini, akhirnya Ali radiallahuanhu membakar mereka yang sudah tidak bisa diluruskan lagi, anehnya malah mereka tersisa semakin meyakini Ali radiallahuanhu sebagai tuhan.
        Renungkanlah! Orang Yahudi dan Nasrani di tanya tentang siapa manusia terbaik setelah nabi mereka (nabi Musa 'alaihissalamdan dan nabi Isa 'alaihissalamdan) maka mereka menjawab sahabat-sahabatnya Musa 'alaihissalamdan Isa 'alaihissalam, namun kalau ditanya kepada syiah maka mereka mengatakan sahabat nabi Muhammad Salallahualaihiwassallamlah yang terburuk. Innalilahi wainailahi rojiun. Nauzubillahiminzalik. 
           Ini sama artinya mereka saja yang Islam dan yang lain dari pada mereka (syiah) kafir. Akhirnya kita meminta kepada Allah Subhanawata'ala agar mereka diberihidayah dan petunjuk kepada agama Islam yang sebenarnya menurut pemahaman salafussoleh atau ahlussunah waljamaah. dan semoga paham ini tidak menyebar di negara ini. Amin ya Allah Yang Maha Pennampun dan Penyayang.
           Semoga Allah selalu menjaga keikhlasan niat kita, menerima ibadah kita  dan mengampuni segala kesalahan kita dan membantu kita dalam menyampaikan dan menegakkan kebenaran dan menyampaikan serta memberangus  kebatilan, khsususnya pemahaman-pemahaman yang menyimpang. Kemudian  mengumpulkan kita disyurgaNya dihari kiamat kelak bersama bagindan rasulullah, nabi Muhammad Salallahualaihiwassallam di syurga Firdaus bersama para rasul, para suhada', para orang-orang siddiq dan soleh. Amin.
          
 

Selasa, 02 Desember 2014

K13 Seperti Apakah Nasibmu Nanti

Kurikulum 2013 atau disingkat K-13 sudah diterapkan sejak tahun pelajaran 2014/2015 yang lalu walaupun banyak sarpras yang belum memadai. Dibawah koordinasi menteri pendidikan dan kebudayaan (kemendikbud) Prof. Dr. Muhammad Nuh pelaksanaan K13 terkesan dipaksakan karena masih banyak kekurangan disana-sini. Kurangnya persiapan pemerintah dalam menyediakan sarana pembelajaran seperti buku murid dan buku guru yang sampai akhir bulan Nop 2014 belum tuntas disalurkan padahal peroses pembelajaran dan penerapan K-13 sudah berjalan hampir satu semester, belum lagi pelatihan untuk para guru yang baru menyentuh dilevel perkotaan dan itupun baru sebahagaiannya saja. bahakan dari sebahagian guru tersebut yang paham secara mendalam mungkin 0%. Kenapa? karena pelatihan yang seharusnya memerlukan beberapa hari hanya dilakukan satu atau dua hari saja. ditambah lagi tempat bertanya tentang makhluk K13 sangat sangat kurang kalau tidak boleh disebut tidak ada. kecuali dibebrapa kota besar saja, yang aksesnya bisa bersentuhan langsung dengan pusat.

Lalu setelah pucuk kepemiminan di negara Indonesia tercinta ini dipegang oleh Joko Widodo dengan Prof. Dr Anis Bawesdan sebagai menteri kebudayaan dan pendidikan Dasar dan Menengah (menbuddikdasmen), tepatnya bulan Nopember 2014 dibentuklah Tim Moratorium K-13 yang akan menetukan nasib K-13, lalu diadakan pertemuan pihak pemerintah dengan partisi pendidikan yang idenpenden dan akhirnya K13 diputuskan untuk distop sementara waktu. lalu bagaimana selanjutnya nasibmu K13?

Dalam kevakuman ini, tentu guru dan partisi pendidik lainnya merasa bingung dan kesal. guru yang merupakan ujung tombak pelaksanaan K-13 dibuat repot dan kerja keras selama ini. mereka berusaha untuk memahami K-13 sebaik mungkin walaupun minim tempat bertanya. belum lagi sistem penilaian yang jauh lebih kompleks dan rumit dibanding KTSP. pendek kata mereka selama hampir satu semester ini menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran bahkan baiya untuk untuk mengikuti kemauan pemerintah dalam penrapan K-13 yang tergesa-gesa.

Saat ini, ketika tulisan ini dibuat, pemerintah sedang melakukan langkah-lngkah penyelamatan K-13 dengan melakukan revisi dan penambalan serta penyempurnaan sehingga ketika diterapkan sudah siap pakai dan sarpras pndukung sudah tersedia secara layak.

Semoga pemerintah bisa bergerak cepat dengan langkah-langkah teukur dan cermat sehingga otak atik kukulum ini tidak berjalan lama.  Jangan sampai pendidikan di negara berrnartabat ini dirugikan.

Senin, 01 Desember 2014

Nilai Kehidupan Dunia di Mata Allah swt



Jabir bin Abdillah ra berkisah, “Rasulullah Saw melewati pasar sementara orang- orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya bersabda: “Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Saw kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apatah lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim)
Saudaraku, begitu hinanya dunia, beserta kemewahanya, harta, pangkat, dan wanita, tak lebih berarti di Mata Allah daripada bangkai kambing yang cacat, tapi, kita mengejar dunia siang malam tanpa henti, dan terkadang lupa, bahwasannya tempat kembali kita hanya kpd Allah swt...
Rasulullah Saw pun pernah bersabda: “Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun.” (HR. At-Tirmidzi)
Saudaraku, mari kita kembali renungkan, betapa remehnya kenikmatan di dunia yang fana ini, dunia yang oleh Allah dianggap lebih murah dari sayap nyamuk yang selalu kita kejar2, sampai melalaikan kita dari mengerjakan amal shalih untuk kembali kepada-Nya..
Maka, seharusnya kita camkan baik2, kehinaan dunia ini, dan mengapa kita masih bersusah payah mengejarnya... Wallahua'lam bish shawaab..

 https://www.facebook.com/rohis.smansa.sragen/posts/461531707247007

Rabu, 08 Oktober 2014

KEKERASAN BUKANLAH KEPRIBADIAN DARI ISLAM

Apapun bentuk kekerasan bukanlah dari ajaran Islam walaupun orang yang beragama Islam yang melakukannya. Islam dibangun dengan kedamaian, akhlakulkarimah dan bilhikmah, ...dalam peperangan sekalipun, Islam hanya membunuh pasukan musuh...tidak membunuh anak-anak, wanita dan orng-orng lemah dan tua bahkan jika musuh sudah menyerah dilarang untuk dibunuh, lalu Islam juga melarang merusak tanaman dan lingkungan...sekali lagi, sekalipun itu dalam peperangan.
Niat baik namun cara yang salah malah akan merusak citra islam itu sendiri, maka berhati-hatilah sebelum berbuat...tujuan yang mulia yang awalnya ingin menagawal syariat islam malah sebalikknya yang terjadi adalah orang tersebut yang menjatuhkan Islam itu sendiri.

Ingat cerita Firaun dalam Al-Quran, orang yang paling bejat dimuka bumi ini? bagaimana Allah memerintahkan nabi Musa untuk mengajaknya kejalan yang benar? Apakah memakai kekerasan? tidak,tidak sama sekali. bahkan Allah memerintahkan nabi Musa AS untuk mengajaknya secara baik-baik bilhikmah, mulai dari ajakan dengan kata-kata yang lembut sampai dengan menunjukkan mukjizat walaupun akhirnya dia dihancurkan oleh Allah karena kesombongannya.
Ingatlah ketika FathulMakkah, apakah Nabi Muhammad SAW menguasai dan menaklukkan Makkah dengan darah dan kekasaran? tidak, tidak sama sekali bahkan tidak ada setitik darahpun yang mengalir ketika Makkah diambil alih oleh Nabi Muhammad SAW

Lalu apakah nabi balas dendam?, nabi mampu untuk membalas semua kekejaman yang dilakukakn oleh penduduk Makkah yang musyrik tersebut? lalu apakah nabi memanfaatkan kesempatan emas ini untuk membunuh dan menghukum mereka? tidak, tidak sama sekali. dengan kebaikan, Kelembutan dan maaf yang Nabi berikan membuat sebahagian orang Musyrik tertarik untuk masuk Islam
begitulah Akhlak yang diajarkan Islam

Ingat, kita hanya diperintahkan untuk mengajak dan memberi nasehat dengan lembut dan hikmah namun yang memberi hidayah tetap Allah kepada orang tersebut. Kita boleh memaksakan orang harus ikut apa yang kita yakini benar. hidayah semata-mata datangnya atas izin
akhirnya ..HIASILAH DIRI ANDA DENGAN AKHLAK MULIA DAN KELEMBUTAN DALAM SEGALA KEADAAN... JAUHKAN DARI KEKERASAN

Senin, 29 September 2014

HARI ARAFAH DAN IDUL ADHA YANG BERBEDA

KEUTAMAAN HARI ARAFAH
Sesungguhnya hari-hari berlalu dengan cepat, bulan dan tahun berjalan dengan singkat, hingga habislah umur dan sampailah ajal. Dan Allah mengutamakan di antara waktu-waktu tersebut satu sama lain, di antaranya ada momen untuk kebaikan, waktu untuk ketaatan, waktu dilipatgandakannya amalan, dan waktu di mana kesalahan dihapuskan. Di antara momen-momen yang agung kedudukannya dan besar pahalanya adalah hari ‘Arafah. Banyak sekali nash-nash dari al-Qur’an maupun al-Hadits yang menjelaskan keutamaan hari ‘Arafah, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Hari ‘Arafah adalah salah satu hari yang berada pada Asyhurul hurum (bulan mulia), Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

(إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ) [سورة التوبة : 36]
”Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah:36)
Bulan-bulan haram itu adalah: dzulqa’dah, dzulhijjah, muharram dan rajab. Dan hari ‘Arafah merupakan salah satu hari dalam bulan dzulhijjah.
2. Hari ‘Arafah adalah salah satu hari yang berada pada bulan-bulan haji, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

(الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ) [سورة البقرة : 197]
”(Musim) Haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi/diketahui”(QS. Al-Baqarah: 197)
Bulan-bulan yang dimaklumi tersebut atau yang dikenal dengan bulan-bulan haji adalah: syawwal, dzulqa’dah, dzulhijjah.
3. Hari ‘Arafah adalah salah satu hari dari hari-hari yang dimaklumi (diketahui), yang Allah Subhanahu wa Ta'ala memujinya di dalam al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

(لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ) [سورة الحج:28]
”Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan.”(QS. Al-Hajj:28)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu'anhuma berkata:”Hari-hari yang ditentukan adalah sepuluh hari dzulhijjah.”
4. Hari ‘Arafah adalah salah satu hari dari sepuluh hari yang Allah Subhanahu wa Ta'ala bersumpah dengannya, dalam rangka mengingatkan hamba-Nya tentang keagungan dan ketinggian kedudukan hari-hari tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

(وَلَيَالٍ عَشْرٍ ) [سورة الفجر:2]
”Dan demi malam-malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 2)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu'anhuma berkata:”Hari-hari itu adalah sepuluh hari di bulan dzulhijjah.” Ibnu Katsir berkata:”Dan itu adalah benar.”
5. Hari ‘Arafah adalah salah satu hari dari sepuluh hari yang utama di mana amal shalih pada hari-hari tersebut lebih baik daripada hari-hari selainnya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

(ما من عمل أزكى عند الله – عز وجل- ولا أعظم أجرا من خير يعمله في عشر الأضحى قيل: ولا الجهاد في سبيل الله – عز وجل- ؟ قال ولا الجهاد في سبيل الله – عز وجل- إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك بشيء) رواه الدارمي وحسن إسناده الشيخ محمد الألباني في كتابه إرواء الغليل.
“Tidak ada amalan yang lebih suci di sisi Allah ‘Azza wa Jalla dan tidak pula lebih besar pahalanya melebihi kebaikan yang ada pada sepuluh hari Idhul Adha.” Dikatakan kepada beliau:” Tidak pula jihad fi sabilillah?”Beliau menjawab:”Tidak pula jihad fi sabilillah, kecuali seseorang yang pergi berjihad dengan jiwa dan hartanya, lalu dari jihad itu dia tidak pulang lagi dengan membawa suatu apapun.”(HR.ad-Darimi dan dihasankan sanadnya oleh Syaikh Muhammad Nashiruddiin al-Albani rahimahullah di dalam kitab Irwau’l Ghalil)
6. ’Arafah, adalah hari di mana Allah Subhanahu wa Ta'ala menyempurnakan agama ini. ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata:”Sesungguhnya salah seorang laki-laki Yahudi berkata:’Wahai Amirul Mukminin, satu ayat dalam kitab kalian yang kalian baca, seandainya ayat itu turun kepada kami (orang-orang Yahudi) maka sungguh akan kami jadikan hari itu sebagai hari raya.’ ‘Umar berkata:’Ayat apa itu?’ Dia mebaca firman Allah:

( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمْ الْإِسْلَامَ دِينًا) [ سورة المائدة:3]
”Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.”(QS. Al-Maaidah: 3)
’Umar radhiyallahu 'anhu berkata:”Sungguh aku tahu hari itu, hari yang di dalamnya diturunkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan beliau berada di hari ‘Arafah dan bertepatan dengan hari jum’at.
7. Puasa ‘Arafah, telah datang riwayat tentang keutamaan puasa hari ‘Arafah, padahal hari tersbut adalah termasuk salah satu hari dari sembilan hari Dzulhijjah yang dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk berpuasa di dalamnya. Dari Hunaidah bin Khalid radhiyallahu 'anhu dari istrinya dari sebagian istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

(كان النبي صلى الله عليه وسلم يصوم تسع ذي الحجة ويوم عاشوراء وثلاثة أيام من كل شهر : أول اثنين من الشهر وخميسين) صححه الألباني في كتابه صحيح أبي داود.
”Adalah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada hari kesembilan bulan dzulhijjah, hari ‘Asyuraa’ dan tiga hari setiap bulan: hari senin setiap awal bulan dan hari dua hari kamis.”(Dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahih Abu Dawud)
Sebagaimana datang riwayat yang menjelaskan keutamaan puasa ‘Arafah secara khusus. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ketika ditanya tentang puasa ‘Arafah:

يكفر السنة الماضية والسنة القابلة) رواه مسلم في الصحيح
”Menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang.” (HR. Muslim rahimahullah dalam kitab Shahihnya)
Puasa ini adalah bagi orang yang tidak sedang berhaji, adapun orang yang sedang berhaji maka tidak disunnahkan baginya puasa, karena hari arafah adalah hari raya bagi ahli mauqif (orang yang wukuf di ‘Arafah)
8. Dia adalah hari raya bagi orang yang wukuf, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

(يوم عرفة ويوم النحر وأيام منى عيدنا أهل الإسلام ) رواه أبو داود وصححه الألباني
”Hari ‘Arafah, hari nahar (menyembelih), dan hari-hari mina (tasyriq) adalah hari raya kita umat Islam.”(HR. Abu Dawud dan dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah)
9. Agungnya do’a pada hari A‘rafah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

(خير الدعاء دعاء يوم عرفة ) صححه الألباني في كتابه السلسة الصحيحة.
”Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari ‘Arafah.” (dishahihkan oleh al-Albani dalam kitab Silsilah ash-Shahihah)
Ibnu ‘Abdil Bar rahimahullah berkata:”Dalam hal ini ada dalil tentang keutamaan hari ‘Arafah dibandingkan hari lainnya.”
10. Banyaknya pembebasan dari Neraka pada hari ‘Arafah, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

( ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبدا من النار من يوم عرفة) رواه مسلم في الصحيح.
”Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari Neraka pada hari itu melebihi hari ‘Arafah.” (HR. Muslim di dalam Shahihnya)
11. Allah membanggakan ahli ‘Arafah (orang-orang yang wukuf di sana) di hadapan penghuni langit (malaikat), Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

( إن الله يباهي بأهل عرفات أهل السماء) رواه أحمد وصحح إسناده الألباني .
”Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala membanggakan ahli ’Arafah di hadapan penduduk langit.”(HR. Ahmad, dishahihkan sanadnya oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)
12. Takbir, para ulama menyebutkan bahwa takbir pada hari-hari tersebut terbagi menjadi dua macam:
Takbir muqayyad yaitu yang dilakukan setelah selesai shalat wajib lima waktu, dan dimulai pada shubuh hari ’Arafah. Ibnu Hajar rahimahullah berkata di dalam Fathul Bari: ”Tidak ada satu pun hadits yang shahih dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam masalah ini, dan yang paling shahih yang datang dari riwayat shahabat adalah perkataan ‘Ali bin Abi Thalib dan Ibn Mas’ud radhiyallahu'anhuma bahwasanya hal itu (takbir muqayyad) dimulai dari shubuh hari ‘Arafah sampai akhir hari –hari Mina (tasyrik).”
Adapun takbir mutlak, adalah dilakukan setiap saat yang diawali dari hari pertama bulan dzulhijjah, yang mana dahulu ‘Ibnu Umar dan Abu Hurairah radhiyallahu'anhuma keduanya keluar menuju pasar dan bertakbir lalu manusia pun bertakbir dikarenakan takbir mereka berdua. Dan maksudnya adalah mengingatkan manusia untuk berdzikir masing-masing, bukan dzikir dengan berjama’ah (bersama-sama).
13. Di dalamnya terdapat rukun haji, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

(الحج عرفة) متفق عليه
”Haji adalah ‘Arafah.” (Mutaffaq ‘alaihi)
(Diterjemhkan dari "Fadhlu 'Arafah" oleh Dr. Rasyid bin Ma’idh al-‘Adwani anggota Hai’atu Tadris di Jami’atul Imam fakultas Dakwah di Madinah)
PENENTUAN HARI 'ARAFAH
Perbedaan pendapat seputar penentuan hari ‘Arafah
Para ulama kontemporer berbeda pendapat seputar penentuan hari ‘Arafah apabila mathla’ (tempat munculnya hilal/bulan sabit) sebagian Wilayah berbeda dengan hari wukuf di ‘Arafah. Ada dua pendapat. Akan disebutkan, insyaa Allah.
Sebab perbedaan pendapat
Perbedaan pendapat bermula dari perbedaan pendapat para Ulama seputar apakah seluruh Wilayah mathla’nya (tempat munculnya hilal) itu satu/wihdatul mathla’ ataukah masing-masing Wilayah memiliki mathala’ sendiri-sendiri? Kemudian apabila kita mengatakan bahwa masing-masing Wilayah memiliki mathla’ sendiri-sendiri apakah hal itu berlaku untuk seluruh bulan ataukah dikecualikan dari hal itu bulan dzulhijjah karena dzulhijjah berkaitan dengan ibadah haji dan ibadah haji hanya ada di Makkah ?
Demikian juga yang menjadi sebab perbedaan pendapat dalam masalah ini adalah, apakah ‘Arafah itu nama untuk tempat atau waktu? Apa sebab penamaan ‘Arafah? Dan juga perbedaan mereka dalam menghukumi hadits seputar puasa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada tanggal 9 dzulhijjah.
Pendapat pertama:
Hari ‘Arafah adalah hari di mana jama’ah haji melakukan wukuf di tanah ‘Arafah, dan bahwasanya manusia mengikuti mereka dalam penentuan hari tersebut. Di antara ulama yang merajihkan/menguatkan pendapat ini adalah Lajnah Daimah lil Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta (komite tetap untuk fatwa Wilayah Saudi Arabia) yang ketika itu dipimpin oleh syaikh Bin Baz rahimahullah, Lajnah al-Ifta al-Mishriyah (komite fatwa Mesir), syaikh Faishal al-Maulawi, syaikh Hisaamddin ‘Afaanah rahimahumullah, dan syaikh ‘Abdurrahman as-Suhaim hafizhahullah dan lain-lain.
Dalil-dalilnya:
1. Bahwa yang dimaksud dengan hari ‘Arafah adalah hari di mana jama’ah haji melakukan wukuf di ‘Arafah. Dalam hal ini ada beberapa riwayat:
a. Dari ‘Atha’ rahimahullah berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

“Hari ‘Idhul Adha kalian adalah hari di mana kalian berkurban.” Dan aku mengira beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”dan hari ‘Arafah adalah hari di mana kalian melakukan wukuf ‘Arafah.” (diriwayatkan oleh al-Baihaqi rahimahullah dalam sunan al-kubra 5/176 dan asy-Syafi’i dalam al-Umm 1/264 dari ‘Atha’ secara mursal dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’ 4224)
Dan hadits-hadits yang lain.
2. Termasuk hal yang menguatkan bahwa yang dimaksud hari ‘Arafah adalah hari di mana jama’ah haji melakukan wukuf adalah disandarkan/dinisbatkannya puasa tersebut dengan hari secara khusus dan langsung, yang mana beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

( صيام يوم عرفة ) ، أخرجه مسلم ( 1161 ) ، وغيره
”Puasa hari ‘Arafah” (diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah 1161 dan selain beliau)
Segi pendalilan : Bahwasanya beliau shallallahu 'alaihi wasallam menyandarkan puasa kepada hari ‘Arafah bukan kepada tanggal sembilan dzulhijjah, dan tidak dinukil dari beliau shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau shallallahu 'alaihi wasallam menyandarkannya kepada tanggal sembilan. Maka ini menunjukkan bahwa penyandaran ini bisa diperhitungkan (kebenarannya)
3. Sesunnguhnya kaum Muslimin telah Ijma’ (sepakat) secara amalan semenjak puluhan tahun yang lalu untuk mengikuti jama’ah haji (dalam masalah puasa), maka tidak boleh menyelisihi mereka dalam hal itu. Syaikh Hisaamuddin ‘Afaanah rahimahumullah telah menukil dari Syaikh Muhammad Sulaiman al-‘Asqar perkataan beliau:”Sesungguhnya kaum Muslimin di segenap penjuru dunia Islam telah sepakat secara amalan semenjak puluhan tahun lalu untuk mengikuti jama’ah haji dalam masalah ‘Idhul Adha dan tidak boleh bagi suatu lembaga ataupun kelompok manusia yang menyelisihi kesepakatan ini.”
Syaikh ‘Abdurrahman as-Suhaim hafizhahullah berkata:”…Tidak dianggap dalam masalah ini perbedaan mathla’, karena umat Islam telah sepakat bahwa hari ‘Arafah adalah hari yang telah ditentukan itu, dan biasanya orang yang menyelisihi hal ini tidaklah dia menyelisihinya karena alasan perbedaan mathla’, akan tetapi disebabkan masalah politik!!!..!”
4. Hadits-hadits yang berkaitan dengan keutamaan puasa ‘Arafah, di antaranya:
hadits riwayat Imam Muslim rahimahullah (1348) dan selainnya dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:”Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

( ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه عبداً من النار من يوم عرفة ، وإنه ليدنو ثم يباهي بهم الملائكة فيقول ما أراد هؤلاء ) .
”Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari Neraka pada hari itu melebihi hari ‘Arafah. Dan sesungguhnya Dia mendekat lalu membanggakan mereka (orang yang wukuf) di hadapan para Malaikatnya dan berfirman:’ Apa yang diinginkan oleh mereka?’” (HR. Muslim di dalam Shahihnya)
Dan hadits-hadits yang lain (lihat pembahasan tentang keutamaan hari ‘Arafah di atas)
5. Mereka berdalil dengan Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam al-Mushshanaf (3/97) dari Ibrahim rahimahullah berkata tentang orang yang berpuasa ‘Arafah bagi orang yang tidak wukuf:”Apabila di dalamnya ada perbedaan pendapat maka janganlah kalian berpuasa.” (sanadnya hasan menurut Syaikh Jibrin rahimahullah)
Pendapat kedua :
Bahwasanya hari ‘Arafah adalah tanggal sembilan (9) dari bulan dzulhijjah, sama saja hal itu bertepatan dengan waktu jama’ah haji melakukan wukuf atau tidak, dan bahwasanya setiap daerah memiliki mathla’ tersendiri. Di antara ulama yang mengambil pendapat ini adalah Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh ‘Abdullah bin Jibrin rahimahumallah, Dr.Hanii bin ‘Abdullah al-Jubair hafizhahullah, Prof.Dr Ahmad al-Haji al-Kurdi hafizhahullah dan Prof.Dr Khalid al-Musyaiqih hafizhahullah dan lain-lain.
Dalil-dalil pendapat ini:
1. Perbedaan ini adalah cabang dari perbedaan pendapat dalam masalah yang masyhur tentang mathla’ (tempat munculnya hilal) antara satu wilayah dengan wilayah lain dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawwal. Dan yang kuat adalah bahwa masing-masing wilayah memiliki mathla’ nya masing-masing. Dan dalam hal ini tidak ada perbedaan antara bulan Ramadhan dan bulan-bulan lain, maka apabila boleh terjadi perbedaan dalam masalah puasa Ramadhan dan idul fithri, kenapa tidak boleh ada perbedaan dalam dzulhijjah dan bulan lainnya? (lihat fatwa Syaikh Shalih al-Utsaimin rahimahullah).
Dan anehnya, sekalipun masalah ini sering terjadi namun kita tidak membaca pembahasan ulama terdahulu seputar masalah ini, lebih-lebih perinciaan tentangnya. Mungkin saja –Wallahu A’lam- disebabkan karena masalah ini adalah cabang dari masalah perbedaan mathla’. Bahkan yang lebih mengherankan bahwa para ulama yang mengangap tidak adanya perbedaan mathla’ seperti madzhab Hanafiah diriwayatkan bahwa mereka menganggap adanya perbedaan mathala’ dalam bulan dzulhijjah!! Lihat kitab ”Hasyiyah Radul Mukhtar” karya Ibnu ‘Abidin (3/325)
2 .Yang dimaksud dengan hari ‘Arafah adalah hari kesembilan dari bulan dzulhijjah, dan yang dijadikan sandaran adalah penanggalan hijriyah di tempat di mana seseorang itu berada, bukan berdasarkan pada wukufnya jama’ah haji di bukit ‘Arafah. Dan inilah yang dikenal dari perbuatan para Ulama ketika memberikan pengertian hari ‘Arafah yang mana mereka menyebutkan bahwa hari ‘Arafah adalah hari kesembilan dari bulan dzulhijjah.(lihat al-Qamus al-Fiqhi dan Mu’jam Lughatul Fuqahaa’ dan juga syarah-syarah Kitab Sunnah)
Dan ini (hari ‘Arafah adalah tanggal sembilan adalah tanggal sembilan) tidak ada perbedaan pendapat di dalamnya. perbedaan hanya terjadi pada sebab penamaan hari ‘Arafah tersebut. Lihat pembahasan masalah ini di al-Mughni (4/442) karya Ibnu Qudamah rahimahullah, lihat pula pendapat-pendapat Ulama tentang sebab penamaan hari ‘Arafah dalam kitab Tafsir ath-Thabari, (2/297), Bahrul Muhith (2/275), ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

(( فإذا أفضتم من عرفات )) الآية
”Maka apabila kalian bertolak dari ‘Arafah.”(QS. Al-Baqarah: 198)
Demikian juga lihat Lisanul ‘Arab karya Ibnu Manzhur (4/2898)
3 .Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud rahimahullah (2437), Imam Ahmad rahimahullah (2269) Imam an-Nasaai rahimahullah (2372) yang dishahihkan oleh al-Albani rahimahullah dari sebagian istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم تسع ذي الحجة ، ويوم عاشوراء ، وثلاثة أيام من كل شهر أول اثنين من الشهر والخميس ) .
”Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada tanggal sembilan dzulhijjah, hari ‘Asyuraa’, dan tiga hari setiap bulan yaitu hari senin pada awal bulan dan dua hari kamis.”
Segi pendalilan: Bahwa istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu melakukan puasa pada tanggal sembilan dzulhijjah dan itu tidak diragukan lagi dilakukan oleh beliau sebelum haji Wada’. Dan lafazh كان menunjukkan rutinitas sebuah amalan. Dan tidak sampai kepada kami sebuah riwayat bahwasanya beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh untuk mencari tahu tentang kapan waktu wukuf jama’ah haji di bukit ‘Arafah di Makkah.
4 .Perkataan ‘Aisyah radhiyallahu 'anha yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi rahimahullah dalam as-Sunan al-Kubra (/252) dan dinyatakan jayyid sanadnya oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Silsilah ash-Shahihah (1/379):

( النحر يوم ينحر الناس ، و الفطر يوم يفطر الناس )
”Hari menyembelih (kurban) adalah hari di mana manusia menyembelih kurban dan hari Idul fithri adalah hari di mana manusia beridul fithri.”
5 .Masalah ini termasuk masalah khilafiyah (masalah yang di dalamnya boleh berbeda pendapat), dan hukum/keputusan Hakim (pemerintah) menghilangkan perbedaan tersebut. Maka seandainya Hakim atau wakilnya mengharuskan rakyatnya untuk mengikuti Tanah Haram (Saudi Arabia) dalam masalah ru’yah mereka dalam bulan dzulhijjah, maka wajib untuk diikuti. Demikian juga apabila mereka berpendapat dengan adanya perbedaan mathla’ sekalipun dalam hilal dzulhijjah, maka wajib bagi rakyat untuk mengikutinya, karena keputusan Hakim menghilangkan perbedaan dalam masalah seperti ini. Dan tidak ada beda antara masalah ini dengan masalah puasa dan idul fithri yang dilakukan berdasarkan keputusan Hakim, dan dengan cara seperti inilah persatuan bisa tercapai dan masyarakat berkumpul pada hari raya dan puasa yang satu dan tidak bercerai berai.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata dalam Majmu’ Fatawa ketika menjawab pertanyaan seputar masalah ini:”Apabila suatu Negara berada dalam satu hukum dan pemerintah memerintahkan rakyat untuk puasa, atau Idul fithri maka wajib untuk diikuti dan keputusan Hakim menghilangkan perbedaan pendapat. Maka berdasarkan hal ini berpuasa dan berbukalah (Idul fithri) sebagaimana penduduk negeri yang kamu tempati berpuasa dan berbuka, baik bertepatan dengan negeri asalmu ataupun tidak. Demikian juga dalam masalah ‘Arafah, ikutilah negeri di mana kalian berada.”
Pendapat yang rajih
Pendapat yang kuat dalam masalah ini –Wallahu A’lam- adalah pendapat yang kedua, dikarenakan hal-hal berikut:
a .Kuatnya pendapat yang menyatakan bahwa masing-masing wilayah memiliki mathla’ sendiri-sendiri, dan itu adalah pendapat yang dipilih oleh Lajnah Daimah lil Ifta.
b .Keumuman sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
( النحر يوم ينحر الناس ، و الفطر يوم يفطر الناس )
”Hari menyembelih (kurban) adalah hari di mana manusia menyembelih kurban dan hari Idul fithri adalah hari di mana manusia beridul fithri.” (Silsilah ash-Shahihah (1/379))
c .Keterangan istri Nabi bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa pada tanggal 9 dzulhijjah dan hadits tersebut shahih.
d .Penamaan ‘Arafah adalah karena jama’ah haji sedang melakukan wukuf tidak bisa dipastikan kebenarannya. Wallahu A’lam.
(Faidah:untuk melihat lebih luas tentang perdebatan antara dalil pendapat pertama dan kedua lihat bahts/makalah seputar masalah ini di http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=86791)
Berikut ini sebagian fatwa Ulama-ulama yang menguatkan pendapat kedua :
Fatwa Syaikh ‘Utsaimin rahimahullah:
Pertanyaan:
Apabila terjadi perbedaan hari Arafah disebabkan perbedaan daerah dalam masalah Mathla’ (munculnya hilal), maka apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah (penglihatan hilal) negeri yang kami berada di dalamnya, atau apakah kami berpuasa mengikuti ru’yah al-Haramain (Makkah dan Madinah)?
Jawab :
Perbedaan ini bermuara pada perbedaah ulama pada, apakah ru’yatul hilal itu satu untuk seluruh dunia, atau apakah hilal itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan daerah? Dan yang benar bahwasanya ru’yatul hilal itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan daerah. Misalnya, apabila hilal terlihat di Makkah, kemudian hari ini adalah hari kesembilan, sedangkan hilal terlihat di negeri lain -selain Makkah- sehari sebelumnya dan hari ‘Arafah (arafah Makkah) bertepatan dengan hari kesepuluh menurut mereka, maka mereka tidak boleh berpuasa pada hari itu, karena hari itu adalah hari ‘Idul Adha.
Demikian pula seandainya ru’yatul hilal suatu daerah tertinggal/terlambat dari ru’yatul hilal Makkah, dan hari kesembilan di Makkah adalah hari kedelapan di negerinya, maka mereka berpuasa pada hari kesembilan menurut penanggalan mereka walaupun bertepatan dengan hari kesepuluh di Makkah.
Ini adalan pendapat yang kuat, karena Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

( إذا رأيتموه فصوموا ، وإذا رأيتموه فأفطروا )
”Apabila kalian melihatnya (hilal Ramadhan) maka berpuasalah, dan apabila engkau melihatnya (hilal Syawwal) maka berbukalah (Idul fithri).
Dan mereka yang tidak melihat hilal dari negeri mereka bukan lah orang yang melihatnya. Dan sebagaimana manusia sepakat menganggap terbit fajar dan terbenamnya matahari setiap daerah itu sesuai dengan daerahnya, maka demikian pula penentuan waktu bulanan sebagaimana penentuan waktu harian. (Majmu’ Fatawa 20)
Fatwa syaikh Dr. Hani bin ‘Abdullah al-Jubair hafizhahullah, Qadhi di Mahkamah Makkah al-Mukarramah
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum, pertanyaan tentang perbedaan mathla’ pada bulan dzulhijah maksudnya pebedaan idhul adha disebagian Negeri dengan negeri lain, sebagaimana yang terjadi di Pakistan dan Mauritania? Apakah puasa ‘Arafah tidak berkaitan dengan waktu wukufnya jama’ah haji di ‘Arafah? Apakah seseorang muslim mendapatkan pahala puasa ‘Arafah pada negeri yang seperti itu? Dan sekalipun bertepatan dengan hari Idul Adha di Arab Saudi? Berilah kami fatwa, semoga Allah memberi Anda pahala.
Jawab:
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullahi wa Barakaatuh, apabila seseorang muslim berada di suatu negeri yang mempraktekkan ru’yah syar’iyah (dalam menentukan awal bulan) dan menjadikannya sebagai pedoman dalam penentuan kalender, maka seorang muslim beramal (puasa dan lainnya) dengan konsekuensi dari penanggalan yang ditetapkan oleh pakar-pakar tersebut, dan berpuasa ‘Arafah pada tanggal kesembilan sekalipun hari itu bertepatan dengan hari kedelapan atau kesepuluh di Saudi Arabia. Adapun untuk kegiatan hajinya maka dia mengikuti ru’yah yang ditetapkan oleh Makkah (Saudi Arabia). Dari Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"الصوم يوم تصومون، والفطر يوم تفطرون، والأضحى يوم تضحون"،رواه الترمذي (697)، وأبو داود (2324) وابن ماجة (1660)، ومثله عن عائشة – رضي الله عنها- عند الترمذي (802)، وصححه الألباني في السلسلة برقم (224)
”Puasa adalah hari di mana manusia (masyarakat)berpuasa, dan berbuka (idul fithri) adalah hari di mana manusia berbuka, dan menyembelih kurban adalah hari di mana manusia menyembelih kurban.”(HR.at-Tirmidzi (697), Abu Dawud (2324), Ibnu Majah (1660), dan yang serupa dengan itu dari ‘Aisyah radhiyallahu 'anha dalam riwayat at-Tirmidzi (792) dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah no. 224)Dan Allah Mahapemberi petunuk ke jalan hidayah.
(Sumber: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=86791, dan sumber-sumber lainnya. Oleh Abu Yusuf Sujono )

Selasa, 16 September 2014

KIAT AGAR LEBIH MUDAH MENGHAPAL AL-QURAN



  1. Meluruskan niat
  2. Melakukan sholat hajat agar Allah memudahkan kita dalam menghapal Al-Quran dan meluruskan niat kita
  3. Berdoa kepada Allah
  4. Mushafnya jangan diganti-ganti
  5. Memahami makna ayat sebelum dihafal. Kepahaman akan arti suatu ayat akan memperkokoh hafalan kita.
  6. Usahakan belajar bahasa arab sebagai sarana untuk mengurangi lupa dan salah membaca baris ayat
  7. Membaca ayat tersebut dengan tepat dan baik (memperbaiki bacaan) sebelum dihapal lebih kurang 5 sampai 10 kali
  8. Satu ayat diulang sebanyak lebih kurang 20 kali
  9. Jika ayat panjang bisa dipenggal dan usahakn pemenggalannya sesuaikan dengan arti dari arti ayat tersebut
  10. Memperhatikan ayat yang serupa agar tidak tumpang tindih
  11. Memperbanyak mendengarkan murotal para syekh  yang mapan bacaannya
  12. Menyetor hapal kita kepada guru atau orang yang baik bacaannya agar bisa diperbaiki
  13. Sebelum pindah ke ayat berikutnya maka semua ayat yang sudah dihapal sebelumnya harus dibaca kembali agar tidak lupa
  14. Harus sering memuraja’ah (mengulangi) hapalan
  15. Agar waktu bisa dipergunakan secara efektif dan efisen maka gunakanlah celah waktu-waktu sibuk anda anda untuk mengulang hapalan yang sudah tsiqot (kuat) karena tidak perlu lagi membuak Al-quran. missalnya ketika mengemudi kenderaan menuju kantor anda bisa mengulang, atau ketika sedang berjalan  menuju masjid,
  16. Senatiasa Al-Quran anda bawa kemanapun anda pergi
  17. Pilihlah waktu yang paling tepat untuk menghapal, secara umum adalah ketika kondisi kita dalam keadaan rileks
  18. Setelah hapal Alquran harus senantiasa diulang agar tetap melekat dihapalan dan dada kita.
  19. Menjauhi dosa dan selalu menginat Allah
  20. Hindari makan berlebihan
 Disarikan dari berbagai sumber